Wednesday, July 11, 2012

Metode Elektromagnetik (part 2)

setelah kemarin belajar resistivitas semu, sekarang enaknya belajar metode elektromagnetik lagi ya..
kalau kita dalam pelajaran bahasa ada yang namanya kalimat pasif dan aktif, maka di metode geofisika juga ada yang namanya metode aktif dan pasif, metode elektromagnetik ini masuk kategori mana ya? kita bahas dulu metode aktif dan metode pasif.
metode aktif menurut yang saya baca itu metode yang dilakukan dengan memanfaatkan energi dari tools yang menganggu bumi, jadi bumi dikenai pekerjaan melalui perlakuan yang diberikan (biasanya diinjeksi), baru kemudian dilihat responnya bumi. sedangkan metode pasif itu metode yang dilakukan dengan memanfaatkan energi yang berasal dari dalam bumi, jadi bumi yang melakukan pekerjaan, dan tool kita tinggal merespon saja atau dengan kata lain tool kita yang dikerjain (memanfaatkan sensor untuk merespon energi dari bumi). kira-kira penjelasannya seperti itu kawan.
jadi udah gamblang kan masuk kategori apa metode elektromagnetik itu, kalu belum review lagi postingan awal Metode Elektromagnetik.hehe 
berikut tabel perbedaan berbagai metode di geofisika.
Metode
Parameter yang diukur
Sifat-sifat fisika yang terlibat
Seismik
Waktu tiba gelombang seismik pantul atau bias, amplitudo dan frekuensi gelombang seismik
Densitas dan modulus elastisitas yang menentukan kecepatan rambat gelombang seismik
Gravitasi
Variasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda
Densitas
Magnetik
Variasi harga intensitas medan magnetik pada posisi yang berbeda
Suseptibilitas atau remanen magnetik
Resistivitas
Harga resistansi dari bumi
Konduktivitas listrik
Polarisasi terinduksi
Tegangan polarisasi atau resistivitas batuan sebagai fungsi dari frekuensi
Kapasitansi listrik
Potensial diri
Potensial listrik
Konduktivitas listrik
Elektromagnetik
Respon terhadap radiasi elektromagnetik
Konduktivitas atau Induktansi listrik
Radar
Waktu tiba perambatan gelombang radar
Konstanta dielektrik
sekian dulu ya..disambung lain kali..
Referensi: 
Munadi, Suprajitno. 2001. Intrumentasi Geofisika. Depok : Universitas Indonesia 
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : ITB

Monday, June 11, 2012

Belum Ada Judul....

sebelum kau petik dawai gitar ini..
sudahkah kau pergi ke titik temu itu?
sebelum alunan nada mengalun indah..
tak bisakah kau menanam benih itu?
dan sebelum syair-syair lagu itu..
menyayat setiap jiwa..
tak mampukah kau melangkah bersama?
....
kalimat itu menjadi lamunan agungku..
lalu di mana kau?
paras itu mengusik pikiranku..
karenanya, aku tak mampu menyudahi..
detik-detik kenangan ini..
....
kawan..
seperti apa hidup itu?
....

Thursday, May 10, 2012

Metode Resistivitas (Resistivitas Semu)

Pernah kita dengar lagunya ungu yang bayang semu? tentu pernah lah. Tapi tahu gak kalau di metode resistivitas juga ada yang semu-semu. Di dalam metode resistivitas ada sebuah istilah yang menyatakan bahwa "nilai resistivitas semu". Nilai apa itu? 
Nilai resistivitas semu itu adalah nilai resistivitas pengukuran, jadi kalau kita mengukur menggunakan metode geolistrik resistivitas di lapangan, data yang kita bawa pulang adalah data resistivitas semu, yang harus diolah dahulu sampai menjadi data resisitvitas sebenarnya, penyebabnya adalah bumi yang berlapis, sedangkan pada teori, diasumsikan bumi ini satu lapisan saja. Secara teoritis, berdasarkan hokum ohm diketahui bahwa besar hambatan listrik suatu material bergantung  pada kuat arus I, tegangan V  yang dirumuskan sebagai berikut :
V=IR
Menurut bu Prasetiawati (2004), beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut:
  • Ukuran butir penyusun batuan, semakin besar butir maka kelolosan arus akan semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis.
  • Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay akan mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas.
  • Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai tahanan jenis.
  • Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan meningkatnya kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai konduktor.
  • Kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas.
Nah, sudah agak gamblang belum? saya harap sudah, kalau belum,langsung aja baca buku shallow of subsurface, disitu dijelaskan lebih gamblang.

Referensi:
Prasetiawati, lukei. 2004. Aplikasi metode resistivitas dalam eksplorasi Endapan laterit nikel serta studi perbedaan Ketebalan endapannya berdasarkan morfologi Lapangan: Penelitian Lapangan. Jakarta : FMIPA  Universitas Indonesia.


Friday, January 6, 2012

Metode Magnetotelurik (Part 2)

Wah..lama sudah tidak posting tentang geofisika. Okelah, kita belajar lagi dan lagi tentang geofisika. meneruskan materi yang lalu tentang metode magnetotelurik. Sebenarnya bagaimana sih konsep dari metode magnetotelurik (Magnetoteluric Method) itu?
Kemarin (tepatnya beberapa bulan lalu) sudah dikatakan kalau Metode Magnetotelurik itu merupakan salah satu metoda eksplorasi geofisika yg memanfaatkan medan elektromagnetik (kita singkat EM saja) yang berada di alam. Mungkin sudah banyak yang mengerti tentang medan EM yang ada di alam. Ya, medan EM yang ada di alam erat hubungannya dengan listrik dan magnet. Medan EM yang berada di alam kita, menurut para ahli berasal dari berbagai proses yang cukup kompleks.Spektrum frekuensinya bisa sangat lebar dari 0.00001 Hz – 100 kHz. Ketika berada pada frekuensi yang rendah, yaitu < 1 Hz, maka partikel-partikel bermuatan yang berasal dari matahari dapat berinteraksi dengan medan magnet permanen bumi, dari sini akan menimbulkan variasi medan EM. Untuk frekuensi di atas 1 Hz variasinya terutama ditimbulkan oleh adanya aktivitas petir yang dapat menimbulkan gelombang EM yang tertahan di antara lapisan ionosfer dan bumi, yang mampu menjalar mengelilingi bumi. Kira-kira seperti itu yang sudah saya baca tentang EM. Sampai pada akhirnya nanti dengan adanya keterkaitan pada fenomena listrik dan magnet dengan sifat kelistrikan (tentunya konduktivitas dan resistivitas) pada medium yang dilewatinya akan menyebabkan data pengukuran EM dapat digunakan untuk memperkirakan distribusi resistivitas di bawah permukaan. Kedalaman jangkauan pada gelombang EM merupakan fungsi dari resistivitas medium dan frekuensi yang sangat dipengaruhi oleh lapisan. 
Pada dasarnya dalam survei menggunakan metode MT itu yang diukur adalah sinyal EM. Pengukurannya tentu saja menggunakan alat khusus, bisa berupa sensor medan magnet berupa koil dan sensor medan listrik berupa elektroda yang dihubungkan ke bumi. Data EM yang diukur akan direkam dalam bentuk time series atau deret waktu. Yang nantinya akan diproses untuk diperoleh data target. Pemrosesan data MT pada dasarnya adalah sebuah usaha analisis spektral untuk memperoleh fungsi transfer antara medan magnet dengan medan listrik dalam bentuk tensor impedansi. Dari impedansi inilah kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi mengenai distribusi resisitivitas di bawah permukaan.
Hemm..sepertinya sekian dulu aja yach, semakin rumit tapi bisa dipelajari, besok-besok lagi. Kalau ada yang kurang tepat dibenerin ya.